Lantau Island, Hong Kong yang Berbeda


Ketika bayangan seseorang tentang Hong Kong adalah gedung-gedung menjulang beradu dengan kendaraan lalu lalang dan manusia gila kerja yang berjalan cepat, Pulau Lantau menawarkan atmosfer yang lebih santai.

Ngong Ping di Lantau Island
Ngong Ping di Lantau Island

Pulau Lantau merupakan pulau terbesar di Hong Kong, namun populasinya sangat kecil dibandingkan pulau-pulau lain di wilayah Hong Kong. Walaupun pembangunannya masih tertinggal (semoga memang sengaja diatur agar tidak overdeveloped), pulau yang tadinya adalah desa-desa nelayan ini merupakan lokasi beberapa tempat penting bagi wisatawan. Hong Kong International Airport (HKIA) terletak di pulau ini, demikian juga dengan HK Disneyland, Ngong Ping 360, dan kota baru Tung Chung.

Andai punya waktu lebih, saya mau saja mengeksplor Lantau – dan Lamma – sayangnya karena waktu terbatas saya cuma sempat (tentu saja) terbang ke dan dari HKIA. Selain itu, seharian ke Ngong Ping dengan naik crystal cable car setelah shalat Idul Adha, dan pulangnya nongkrong sebentar di Tung Chung. Disneyland memang tidak pernah masuk dalam rencana karena……mahal!

Crystal Cabin

Catatan: Jangan pernah sebego saya lupa booking online cable car!

Idul Adha 2014 ini jadi hari panjang bagi kami karena setelah menunaikan ibadah shalat Eid di Masjid Ammar – dekat dengan hotel – kami buru-buru menuju ke Central Station dilanjutkan jalan kaki ke Hong Kong Station untuk naik kereta ke Tung Chung. Tung Chung adalah perhentian terakhir sebelum naik cable car menuju ke Ngong Ping.Lantau berbukit dan berhutan

Di kereta, stasiun, banyak menemui mbak-mbak berkerudung (meriah), kemungkinan adalah BMI yang usai menunaikan shalat Eid. “Wah banyak temennya,” kata saya. Ya iyalah, kemarin-kemarin jarang menemukan pekerja Indonesia di tempat umum karena hari kerja.

Tiket ke HK sebenarnya sudah dibeli sebulan sebelumnya, karena dapat murah, yaitu 4,5 juta KUL-HK-KUL untuk bertiga. Jadi sekali jalan hanya Rp 750 ribu. Sayangnya paspor kami tersandera oleh imigrasi Malaysia selama tiga minggu, jadi baru pasti berangkat dua hari sebelum Hari-H.

Makanya perencanaannya cuma setengah matang.

Beberapa kali saya sempat mau booking tiket Ngong Ping online, tapi kok ya lupa terus. Sampai di Tung Chung makbedunduk antriannya sudah panjang mengular. Tapi ternyata antrenya lebih mengularnagapanjangnya lagi di atas. Alhasil kami antre selama 1,5 jam BERDIRI! Untung waktu itu belum tahu kalau ternyata sudah hamil.

Tips: Kalau belum booking online, dan antrenya nggilani, lebih baik naik bus ke atas, nanti pulangnya yang naik cable car.

Kami sengaja pilih tiket combo, berangkat naik crystal cabin, pulang naik standard seharga HKD 210. Ada banyak pilihan paket, informasi lengkap di sini. Bahkan sebelum naik cable car pun masih antre lagi. Tukang tiketnya agak ngantuk, kami bayar hanya diberi nota, tanpa tiket, akhirnya Puput lari-lari balik lagi minta tiket. Duh.

Bagi saya, naik crystal cabin ke Ngong Ping ini adalah pengalaman kereta gantung yang paling asyik. Tapi saya hanya pernah di Sentosa (Singapura), Ancol (Indonesia), Genting dan Langkawi (Malaysia). Asyiknya dari perjalanan 30 menitan ini adalah pemandangannya yang tidak membosankan. Oliq, yang memang senang naik kereta gantung happy banget terutama karena bandara kelihatan jelas dan banyak pesawat landing dan take off.IMG_7427

Kami melewati selat, hutan, melihat bandara, dan gedung-gedung di kejauhan, sampai setitik patung Buddha mulai terlihat. Hutan di Lantau ini masih lebat dan hijau, ada jalur trekking buat kalian yang perkasa.

Ngong Ping 360

Ngong Ping adalah “desa” buatan dengan berbagai kafe dan toko souvenir. Bangunan-bangunan ditata apik di kanan kiri jalan. Tapi itu hanya sebagian kecil. Bintangnya adalah Biara Po Lin dan patung Big Buddha.

Ngong Ping di Lantau Island
Ngong Ping di Lantau Island

IMG_7449

Kami memutuskan membeli makan di sebuah kafe India yang memajang label halal, hanya satu-satunya di situ. Harganya? Dua kali lipat daripada harga makanan di Hong Kong, yang berarti sekitar 6 kali lipat lebih mahal daripada di Indonesia. Untungnya porsi makanan di HK besar sehingga pesan satu bisa buat berdua.

Tips: lebih baik bawa bekal makanan dan cemilan sendiri. Lebih irit.

Kami terpesona melihat pemandangan alam dari Ngong Ping. Di balik kompleks biara da gunung-gunung cantik, kebetulan langit hari itu iba dengan penderitaan kami antre lama. Jadi ia member hadiah berupa warna biru cerah.IMG_7495

Melepas lelah, linu di kaki, dan boyok yang rontok, kami duduk di rerumputan. Sementara Oliq sibuk main excavator di rumput, Puput dan saya bergantian shalat. Tiba-tiba saja, segerombolan sapi mendatangi Oliq, anaknya tidak menangis namun berteriak-teriak. Entah sapi siapa, mungkin peliharaan biara. Sapi-sapi tersebut sok cool jadi objek foto para wisatawan. Anda saja pasti kalah cool!IMG_7511

Andai ada waktu, saya mau saja jalan-jalan ke desa nelayan. Andai.

Pulangnya kami antre lagi sekitar 30-40 menit, tidak sehardcore berangkatnya. Pulang dompet makin ringan, namun hati sangat riang.IMG_6172

Senja pun mengantar kami pulang.

5 thoughts on “Lantau Island, Hong Kong yang Berbeda”

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.