Bagi masyarakat Yogyakarta, Gunung Merapi memiliki arti tersendiri. Mulai dari mitos garis lurus dari Merapi, Tugu, Keraton, hingga Parangtritis, hingga fakta bahwa tanah di lereng Merapi memang benar-benar subur, Merapi menjadi sebuah sosok yang dihormati.
Puncak Merapi sebelum letusan tahun 2006, dilihat dari pos pengamatan Babadan
Banyak di antara kita yang saat ini memiliki hobi traveling. Menikmati indahnya alam Indonesia, mencicipi beragam khazanah kuliner nusantara, mengeksplorasi daerah-daerah yang dianggap masih perawan.
Baru-baru ini muncul wacana tentang mass-tourism yang menimbulkan pro dan kontra terhadap promosi wisata negeri ini. Di satu sisi, promosi mampu menjaring wisatawan domestik dan mancanegara yang berimbas pada peningkatan pendapatan daerah serta naiknya taraf hidup masayarakat setempat.
Di lain pihak, lokasi-lokasi wisata Indonesia masih belum mampu untuk menerima pariwisata massal ini. Ditambah, infrastruktur dan pengelolaan pariwisata yang memang belum memadai. Belum lagi kurangnya kesadaran wisatawan terhadap kelestarian, baik alam maupun budaya. Akibatnya, seperti yang kita lihat baru-baru ini: kasus Pulau Sempu di Malang, membludaknya pengunjung tanpa tata krama yang mengganggu upacara Waisyak di Borobudur, serta over capacity pengunjung Gua Pindul di Gunungkidul yang berpotensi merusak habitat kelelawar di dalamnya.
Gua Pindul sebelum menjadi sangat terkenal
Lalu apa kita kemudian tidak tidak boleh berkunjung, tidak bisa mempromosikannya? Tanpa promosi bisa jadi Wonderful Indonesia kita kalah dengan Amazing Thailand, Uniquely Singapore, dan Malaysia Truly Asia? Wisatawan asing akan berbondong-bondong berkunjung ke negara tetangga dan melewatkan negara kita. Bukan mustahil pula Indonesia hanya akan dikenal sebagai “Bali” ataupun “negara yang letaknya di dekat Singapura”.
Walaupun tujuan program ini adalah untuk membuktikan ketangguhan mobil Terios di berbagai medan berat, Daihatsu, sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indosia melakukan promosi wisata dengan caranya sendiri. Cara yang pantas ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain: Melakukan promosi pariwisata tidak hanya mengenalkan destinasi-destinasi tersebut pada dunia, melainkan juga memberi bantuan material pada masyarakat setempat.
Sahabat Petualang: Padamu Negeri
Sebenarnya Daihatsu telah memulai program Terios 7 Wonders ini sejak tahun lalu, ketika menggelar 7 Wonders Coffee Paradise. Saat itu, dengan mobil-mobil Terios, peserta dibawa menjelajahi “surga-surga” kopi di Pulau Sumatera. Saat itu peserta hanyalah dari pihak PT Astra Daihatsu dan jurnalis.
Terios 7 Wonders: Hidden Paradise (Photo oleh Puput Aryanto)
Tahun ini program serupa kembali digelar dengan tajuk Terios 7 Wonders Hidden Paradises. Kali ini selain media, peserta juga terdiri dari 7 bloggers yang terpilih melalui lomba blog yang ketat. Dengan 7 mobil Terios, para peserta ini diajak untuk mengunjungi 7 lokasi menakjubkan yang pastinya membuka mata dunia bahwa Indonesia itu luar biasa!
Petualangan dimulai di Pantai Sawarna di Lebak, Banten, yang terkenal dengan karang-karang cantiknya. Mengapa destinasi ini dipilih? Mungkin walaupun sudah banyak yang mengetahui kecantikan pantai-pantai di Sawarna, ternyata masih banyak pula yang yang belum pernah mendengarnya sama sekali.
Tanjung Layar di Sawarna
Salah seorang blogger peserta, Bem, dalam blognya Simply Indonesia, melukiskan kecantikan Sawarna, terutama pantai Tanjung Layar saat mentari tenggelam. Saya sendiri hanya bisa membayangkan betapa cantiknya pantai ini saat senja karena ketika kemari disambut dengan hujan deras.
Di etape ke dua, peserta dibawa untuk mengenang kembali letusan dahsyat Gunung Merapi pada tahun 2010. Di sinilah, ketangguhan mobil-mobil Terios benar-benar teruji. Saat itu 7 mobil Terios dibawa ke jalur lava tour Merapi yang didominasi oleh batu-batu kecil hingga sedang. Masih menurut Bem, awalnya ia sangsi akan kemampuan mobil Terios sanggup menyelesaikan tantangan ini. Ternyata mampu, dan bahkan, “Walau batuan tadi membuat kontur perjalanan terasa bergelombang, guncangan yang saya rasakan di kabin penumpang masih bisa dikatakan nyaman,” dikutip dari blognya.
Daihatsu Terios berjejer di atas lereng jalur lava tour (Foto oleh Puput Aryanto)
Sesuai dengan niat awal pihak Daihatsu, mereka tidak hanya mengajak Sahabat Petualang “jalan-jalan” melainkan juga memberi kembali kepada komunitas. “Bukan hanya memberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengungkap destinasi-destinasi indah, Ekspedisi Terios 7 Wonders juga dilengkapi dengan kegiatan sosial Daihatsu,” beber Rio Sanggau, Domestic Marketing Division Head PT Astra Daihatsu Motor, dikutip dari Aktual.
Peserta lain dari pihak blogger, Puput, menjelaskan aktivitas corporate social responsibility (CSR) Daihatsu di lereng Gunung Merapi. Dalam blognya Backpackology, Puput memaparkan bagaimana Daihatsu memberi beasiswa kepada 10 anak tidak mampu dan menanam 10.000 pohon di Desa Kinahrejo.
Dari Yogyakarta, mobil-mobil Terios duji ketangguhannya menuju medan pegunungan di lereng Semeru, tepatnya di Ranu Pane. Di sini Daihatsu menyumbangkan tong-tong sampah untuk disebarkan. Menurut berita, sejak ditayangkannya film 5 cm, pendaki Gunung Semeru memang melonjak drastis. Sayangnya, dampak negatif dari hal tersebut adalah menumpuknya sampah karena kurangnya kesadaran. Oleh karena itu, penyediaan tong sampah adalah langkah tepat sebagai salah satu upaya penyelamatan Semeru.
Savana TN Baluran menyerupai Afrika (Foto oleh Puput Aryanto)
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju ke Taman Nasional Baluran yang lekat dengan julukan Africa van Java. Tempat ini memang memiliki topografi dan kontur yang unik, mirip dengan Benua Hitam Afrika. Sayangnya, savana yang dulunya luas pun maskin sempit akibat kemarau dan perubahan iklim. Wira Nurmansyah, seorang peserta Terios 7 Wonders Hidden Paradise, menuturkan, “Baluran adalah miniatur alam Indonesia. Dari gunung, bukit, sabana, hutan hujan, pantai, hingga bawah laut yang masih sangat cantik. Untuk itu, kelestarian harus dipertahankan di kawasan ini.
Saya dan Oliq bertualang sendiri ke Lombok karena ditinggal Puput ber-Terios 7 Wonders
Perjalanan dilanjutkan menuju ke Lombok di mana mereka mengunjungi Desa Sade Rambitan, salah satu desa Sasak tertua di Lombok. Di sini, Daihatsu kembali melakukan aktivitas CSR dengan membagikan buku di Pesantren Almasyhudien Nahdlatulwathan. Di Lombok, mereka juga menyempatkan mengunjungi beberapa pantai cantik yang sbelum seterkenal Senggigi maupun Gili Trawangan.
Dari Lombok mereka menuju ke Desa Dompu di Sumbawa, dan berkesempatan untuk mencicipi susu kuda liar. Di Sumbawa, mereka terpaksa berpisah dengan 6 mobil Terios yang akan kembali ke Jakarta. Hanya satu Terios yang akan dibawa menuju ke Labuan Baju di Flores.
Dari Flores mereka akan menyeberang menuju ke Pulau Komodo dengan kapal phinisi. Taman Nasional Komodo saat ini menyambut makin banyak pengunjung setelah dinobatkan menjadi salah satu New 7 Wonders.
Momen kemenangan di Komodo (Foto oleh Puput Aryanto)
Tibalah peserta di momen kemenangan. Perjalanan yang ditempuh dari Sawarna ke Komodo dengan total jarak tempuh lebih dari 2000 km telah membuktikan ketangguhan mobil Daihatsu Terios. Di medan pegunungan misalnya, rem cakram di roda depan dipadukan dengan rem tromol di roda belakang sanggup menahan Terios tanpa masalah.
Selain itu, suspensi MacPherson Strut di roda depan dan 5 link rigid axle di roda belakang terbukti sangat tangguh dalam meredam goncangan tanpa membuat mobil menjadi limbung, cocok untuk medan berat berbatu. Terios ini sangat mumpuni melibas aspal panas melintasi Pulau Jawa.
Dari sini pula kita bisa melihat betapa PT Daihatsu Astra tidak pernah melupakan kegiatan sosial di lokasi yang dikunjungi. Aktivitas yang dilakukan pun sejalan dengan 4 pilar CSR Daihatsu seperti yang saya kutip dari situs resmi Daihatsu Indonesia: Hijau Bersama Daihatsu, Sehat Bersama Daihatsu, Pintar Bersama Daihatsu, dan Sejahtera Bersama Daihatsu.
Menjadi Responsible Traveler
“Leave nothing but footprints, take nothing but pictures, kill nothing but time.” Mungkin kalimat itu sudah sering kita kenal, tapi coba renungkan apa sudah kita laksanakan?
Belajar dari program Daihatsu ini, sebagai traveler, turis, wisatawan, pelancong, pejalan – atau apalah Anda memberi titel pada diri Anda sendiri – ada baiknya kita melihat kembali apakah selama berkunjung ke suatu tempat kita sudah bersikap bertanggungjawab?
Menurut saya, sudah baik bila kita sudah mampu turut menjaga kebersihan, misalnya membawa sampah turun ketika naik gunung. Sikap lain yang dapat kita tunjukkan adalah tidak memegang sembarangan terumbu karang ketika menyelam atau snorkeling. Atau tidak makan ikan hiu, mungkin?
Itu saja sudah baik. Tetapi yang dicontohkan program Terios 7 Wonders Hidden Paradise ini lebih baik lagi, yaitu ‘tidak hanya mengambil, tapi juga memberi’. Tidak hanya kita menikmati kecantikan suatu tempat, tapi alangkah lebih baik lagi bila kita bisa memberikan sesuatu – walaupun sangat kecil – untuk tempat tersebut. Contoh mudahnya, memberikan sumbangan dana pelestarian dalam kotak donasi yang disediakan pengelola. Contoh lain, menulis tentang suatu tempat agar turut membantu promosi pariwisata di tempat tersebut, tentu saja dengan embel-embel – kelestarian alam adalah yang utama!
Seperti yang diungkapkan oleh Puput dalam acara Autozone yang ditayangkan oleh MetroTV:
“Di tiap-tiap objek wisata ada karakteristik tersendiri yang menurut saya mungkin publik belum mengenal. Dengan ekspedisi Terios 7 Wonders ini saya berharap keunikan-keunikan ini terekspose sehingga banyak orang yang mau peduli dengan pariwisata di Indonesia.”
Kali ini saya akan mengajak Anda bersantai sambil menikmati foto-foto Daihatsu Terios dalam Ekspedisi Terios 7 Wonders yang menempuh lebih dari 3000 km dari Jakarta hingga Komodo. Pada episode kali ini aksi-aksi Daihatsu Terios bersama Sahabat Petualang akan disuguhkan di berbagai lokasi hidden paradise di Jawa, mulai dari Sawarna Banten, Desa Kinahrejo Yogyakarta, Suku Tengger di Ranu Pane, Taman Nasional Baluran, hingga menyeberang ke Bali dengan kapal feri.
Tidak perlu banyak komentar, silahkan nikmati sajian berikut…
1. Jakarta ke Yogyakarta
Keluar dari Tol Jagorawi, perjalanan sesungguhnya Terios 7 Wonders baru dimulai di sini…Terios menempuh perjalanan berliku menuju Desa Sawarna, BantenTerios berjejer di parkiran Desa Sawarna, ditemani caleg yang bernama…. lihat saja sendiri 🙂Istirahat sejenak di Pantai Karang Hawu sebelum memasuki Pelabuhan RatuShooting dulu di Tol Padaleunyi selepas dari Desa Sawarna menuju YogyakartaIsi bensin dulu karena perjalanan Terios ke Yogya masih panjangTerios sampai di Pringsewu Sumpiuh Kebumen Jawa Tengah, masih 3 jam lebih menuju Yogya, sementara jam sudah menunjukkan 9 malam
2. Yogyakarta hingga Desa Ranupane, Lumajang, Jawa Timur
Nah, ini dia 7 blogger yang bergaya di Dealer Astra Daihatsu Motor Yogyakarta, tepatnya di Jl MagelangMelintasi jembatan Kali Kuning yang sekaligus berfungsi sebagai cekdam penahan lahar MerapiKetangguhan Terios terbukti di jalur lava tour Merapi di Desa KinahrejoJalan rusak yang sedang diperbaiki menjadi salah satu rintangan di jalur menuju MalangIstirahat makan siang dulu sebelum mencapai Malang, tujuan akhir hari itu… sekalian iseng bergaya boleh lah 🙂Melintasi gerbang kota Ponorogo, Jawa TimurKalau ini di desa menuju Ranu Pane, tempat kediaman Suku TenggerPemandangan unik pembangunan jembatan baja bergaya busur (arch bridge) di perjalanan menuju Desa Ranu PaneTong sampah yang akan diserahkan kepada warga Suku Tengger di Desa Ranu Pane, bersama barang-barang bawaan peserta yang membuktikan bagasi Terios yang lapangAksi sosial Ekspedisi Terios 7 Wonders di Desa Ranu Pane berupa penyerahan alat-alat kebersihan dan kaos Terios 7 WondersTerbang bersama Terios (foto oleh Bambang Priadi / Bems, http://www.simplyindonesia.wordpress.com)Jalan rusak dan berliku yang harus dilahap Terios saat menuju Desa Ranu Pane dari arah Lumajang
3. Taman Nasional Baluran hingga Kapal Feri ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali
Malam-malam Terios memasuki kawasan Taman Nasional BaluranTerios in action di Afrika… eh di Baluran dink alias Africa van JavaKembali Terios melintasi padang rumput TN Baluran yang eksotisJejeran 7 Terios melahap savana, menembus pagi yang cerah di TN BaluranBersiap-siap memasuki kapal feri di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, selamat tinggal Pulau Jawa…Terios mendominasi kapal feri menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali
Nantikan foto-foto berikutnya di jalur Bali-Lombok–Sumbawa hingga Komodo di postingan berikutnya.
Pesona Komodo sebagai hewan purba telah diakui dunia dengan terpilihnya Taman Nasional Komodo sebagai The New 7 Wonders. Terinspirasi oleh raihan Pulau Komodo, Daihatsu mengangkat tema 7 Wonders Hidden Paradise sebagai tajuk Ekspedisi Terios tahun ini. Dan, akhirnya kami, para blogger, berada di Pulau Komodo untuk menyaksikan pesona hewan purba yang masih bertahan hingga kini.
Seekor komodo melata dengan santainya, sementara turis-turis sibuk membidik dan Ki Joko Blogger sibuk mewawancara sang ranger
Hari Minggu, 13 Oktober 2013, akhirnya Sahabat Petualang dijadwalkan untuk berkunjung ke Pulau Komodo yang kini sudah resmi menjadi The New 7 Wonders. Di sinilah Ekspedisi Terios 7 Wonders akan berakhir setelah menempuh lebih dari 2500 km perjalanan darat melalui Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, hingga Flores.
Sahabat Petualang selalu siap bangun pagi dan mengejar sunrise
An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.