All posts by olenkapriyadarsani

I have nomad toes. They are itchy if I stay at home.

Cerita-Cerita Horor dari Tallinn Estonia


Gara-gara cari lokasi mana saja yang bisa dikunjungi di Tallinn, saya nemu beberapa blog yang menulis tentang tempat-tempat berhantu di sekitar kota tua. DAN SEMUANYA BERADA DI SEKITAR KAMI. Waakkakakakka.

Pikk jalg, Tallinn

Oh ya, apartemen kami berada tepat di bawah The Long Leg Gate. Interior apartemennya bagus, putih, bersih, modern. Terang karena jendela-jendelanya sangat lebar, kebetulan waktu itu Tallinn cerah ceria. Begitu saya foto ke luar dari jendela, kirim ke Delin, dia langsung bilang, “Creepy.” Dia memang penakut banget sih, padahal menurut saya biasa-biasa aja, pemandangan tembok batu dan tower berusia ratusan tahun. Cakep ah.

Yang lebih serem itu malah pemandangan dari jendela koridor. Lha langsung berhadapan dengan jendela apartemen tetangga dan tidak bertirai. Sementara saya taro koper di situ. Kalau mandi suka lupa bawa baju, terus keluar begitu saja. Ora klamben. Terus hiyaaaaaa kok ya apartemen tetangga pas ada orangnya. Continue reading Cerita-Cerita Horor dari Tallinn Estonia

Petualangan di Finlandia, Estonia, dan Latvia dengan Anak-Anak


“Kamu yakin tega aku sama anak-anak plesir sendirian?” kata saya kepada suami.

“Ya tega aja. Kamu kan strong, Cup. Estonia negara maju. Dudu Zimbabwe.”

HALAH aku juga yakin nek misale kejadiannya sama Zimbabwe, dia akan ngomong semacam, “Zimbabwe yang sekarang udah aman, Cup, bukan kaya dulu lagi. Yang penting kamu bawa yuan cukup.” Semacam kuwi lah. Aku ki wis apal karo bojoku.

Tapi tentu dramanya dimulai jauh sebelum itu.

Anak-anak di Laima Clock, Riga, Latvia

*** Continue reading Petualangan di Finlandia, Estonia, dan Latvia dengan Anak-Anak

The Bright Side of Brighton


Kalau kalian atau anak-anak kalian punya ketertarikan untuk belajar studi pembangunan — development studies — ada baiknya untuk mencari informasi tentang Brighton. Sebuah kota yang vibrant, meriah, di selatan Inggris.

Bulan lalu kami mendadak ke Brighton, yang cuma 30km berkendara dari Crawley. Tanpa rencana sebelumnya karena kebetulan matahari bersinar cerah setelah dua minggu diterpa badai. Bukan untuk cari sekolah, cuma mau cari pantai hahaha.

Anyway, bicara tentang sekolah, Brighton and Hove (demikian nama resmi kotanya sejak tahun 2000) memang punya dua universitas besar. University of Sussex, walau tidak masuk Top Ten Universities di UK, memiliki Institute of Development Studies yang kabarnya terbaik di dunia.

Nah, kan, pantesan temen saya kemarin menyarankan saya ke IDS aja kalau mau nerusin sekolah lagi. Perguruan tinggi lainnya adalah University of Brighton. Silakan cek-cek sendiri untuk ranking universitasnya. Sekilas yang saya lihat biaya hidup seorang mahasiswa di Brighton antara GBP 600-1250 per bulan. Jadi sekitar 10-22 juta/bulan. Tentu itu di luar tuition fee dan establishment-nya.

Karena tujuan utama adalah ke pantai, kami lempeng aja lurus ke British Airways i360 yang memang ada di pusat pantai Brighton. Bahkan Royal Pavillion aja kami cuekin. Padahal awalnya memang kami ga mudeng kalau itu Royal Pavillion adalah atraksi utama di Brighton.

Kirain gurdwara hahahahahhahahha. Malah kami langsung menyimpulkan bahwa banyak orang Sikh di Brighton kalau bisa bikin gurdwara segede itu. Forgive our ignorance wkwkwk.

Continue reading The Bright Side of Brighton

Petualangan di Irlandia Utara


Inggris ini agak menyebalkan. (Masih) Uni Eropa tapi nggak mau bergabung jadi Schengen zone. Tetap punya kedaulatan perbatasan sendiri. Well sebenarnya tidak semua anggota EU masuk dalam zona Schengen, dan tidak semua yang masuk zona Schengen adalah negara EU. Paham kan?

Ready for Northern Ireland, United Kingdom, Trip

Jadi kalau kita sebagai pemegang paspor Indonesia mau ke Inggris dan Eropa daratan, ya apply dua visa. Demikian juga dengan kami, walau memegang biometric resident permit (BRP) UK, kalau ke Eropa daratan harus punya Schengen visa. Karena itu, liburan agak mendadak ini pilihan kami cuma dalam negeri UK atau Gibraltar, sebagai koloni (overseas territory) Inggris di ujung Spanyol.

Tiket ke Gibraltar terlalu mahal, akhirnya saya cek-cek dapat Belfast, Irlandia Utara, lumayan sekitar GBP 400 untuk 4 orang sudah pulang pergi, bagasi 15kg, dan pick a seat. Lewat London Gatwick sehingga ngirit banget ongkos karena kami tinggal naik mobil dan nebeng parkir di kantor Puput.

Irlandia Utara ini dulu terkenal di dunia luar karena konfliknya. Jadi ceritanya, Irlandia Utara ini didirikan pada tahun 1921. Saat itu Irlandia terbagi dua menjadi Irlandia Utara dan Irlandia Selatan. Sementara pada tahun 1922 Irlandia Selatan menjadi negara berdaulat dengan nama resmi Republik Irlandia, Irlandia Utara masih galau. Continue reading Petualangan di Irlandia Utara

Cerita dari Inggris: “Women Are Not Allowed.”


Setelah menyusuri Sungai Thames dari London Bridge, melewati Hay Gallery dan HMS Belfast, kami menyeberangi Tower Bridge. Tinggal sakjepretan kutang seharusnya sampai di Tower of London.

“Kita cari masjid dulu. Salat dulu aja,” ketika imam dalam keluarga yang akan mengawal kami menuju jannah sudah bersabda, tulang rusuk hanya bisa manut.

Tower Bridge

Padahal ya itu, Tower of London udah ngawe-awe wekekekeke.

Berbekal Google Maps, masjid terdekat sekitar 900m. Okelah dijabanin. Jalan menuju masjid itu melewati area di bawah rel kereta overground. Jadi agak Bronx-Bronx gitu. Kurang sedap. Kalau sedap namanya Bronxos.

Setelah sejuta kali lihat petunjuk, akhirnya sampai di masjid. Ga jelas blas petunjuk di dalam masjid. Yang kelihatan cuma tempat wudhu, toilet, dan rak sepatu. Ada beberapa pintu tapi ga ada tulisan prayer hall, male, female atau gimana lah.

Pak ada bapak-bapak tua, semacam takmir kayanya. Kami tanya, buat perempuan di mana. “Women are not allowed, women are not allowed.” Tangannya kaya mengusir gitu.

Kusudah mbrambangi, guys. Moso adoh-adoh mlaku dengan harapan bisa salat yang layak, bakal end up salat di bangku taman lagi? Continue reading Cerita dari Inggris: “Women Are Not Allowed.”