Tag Archives: pantai

Susahnya Cari Pantai di Penang


Eeerrr….what? Bukannya Penang itu pulau? Nah, pulau kan dikelilingi laut, yang artinya pasti banyak pantai di setiap tepi laut. Kenapa bisa susah?

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Pantai Shamrock di Penang

Pekan lalu kami ke Penang untuk long weekend karena Federal Territory Day. Sebenarnya saya agak males, tapi Puput ngotot ingin ke Penang karena pengen nyeberang Jembatan Penang yang baru, Jambatan Sultan Abdul Halim Muadzam Shah. Ini adalah kali ke 3 kami ke Penang, yang pertama ketika masih unyu-unyu dan menyeberang Jambatan Penang (Penang Bridge) dengan bus. Yang kedua, dua tahun lalu, naik pesawat. Makanya, Puput pengen banget bisa nyeberang jembatan baru yang dibuka tahun 2014. Jembatan Penang Ke-2 ini adalah jembatan terpanjang di Malaysia sekaligus di Asia Tenggara dengan panjang mencapai 24 km. Panjang ya? Tapi, untuk urusan jembatan biar nanti Puput yang bikin tulisan tersendiri.

Kembali ke masalah pantai. Kali ini kami memang sengaja ke Penang dan melewatkan wisata mainstream seperti Bukit Bendera, Kek Lok Si, dan street art di Georgetown karena sudah dua kali melewati rute yang sama. Sengaja kali ini adalah wisata santai glundungan di kasur hotel dan ke pantai. Continue reading Susahnya Cari Pantai di Penang

Beyond Kuala Lumpur: 7 Towns to Visit


“Yah, ada promo tiket murah tapi ke KL lagi, KL lagi. Bosen!” Atau dikirim kantor dinas di Kuala Lumpur, mau extend tapi galau mau ke mana? Atau harus transit 1-2 hari tapi enggan tinggal di KL? Toh berapa kali pun dikunjungi Menara Petronas tetap ada 2, belum nambah lagi, Jalan Petaling masih tetap ada di Chinatown, dan patung di depan Batu Caves tetap saja Dewa Murugan, tidak berubah jadi Dewa Budjana apalagi Dewa 19.

Ribuan orang memadati Batu Caves, sementara para pemuja menuju kuil di dalam gua melalui 272 anak tangga
Ribuan orang memadati Batu Caves, sementara para pemuja menuju kuil di dalam gua melalui 272 anak tangga

Punya waktu 1-3 hari cukup untuk kabur dari keramaian KL tapi bingung mau ke mana? Lanjutkan bacanya.

Continue reading Beyond Kuala Lumpur: 7 Towns to Visit

Tanjung Kelayang, Indahnya Asli Indonesia


Orang bilang Pantai Tanjung Tinggi adalah primadona di Pulau Belitung, saya bilang Tanjung Kelayang lebih mengesankan. Suasananya yang sepi, pasirnya yang lembut bak beledu pernah saya jejak dua kali. Dalam dua masa.

belitung Continue reading Tanjung Kelayang, Indahnya Asli Indonesia

Pantai Goa Langir di Sawarna, Suka Banget!


Dari beberapa pantai di Sawarna, yang paling terkenal adalah Pantai Pasir Putih Ciantir. Selain itu ada Tanjung Layar dan Legon Pari. Buat saya, pantai favorit di sini malah Pantai Goa Langir. Sepi, bagai pantai pribadi.

Panta Goa Langir di Sawarna, biru!
Panta Goa Langir di Sawarna, biru!

Saya penggemar jalan-jalan, dan tidak malu mengakui saya juga suka kok ke tempat yang touristy, yang ramai dan lagi naik daun. Tapi, jujur, biasanya saya melipir ke tempat yang agak sepi, menjauhi keramaian. Saya tidak suka keramaian, makanya tidak pernah pergi ke konser atau nobar sepakbola — mending juga nonton sendiri di rumah kalau nangis nggak ketahuan.

Nah, di Sawarna ini ternyata yang menjadi favorit saya adalah Pantai Goa Langir, berada sekitar 2 km dari pusat keramaian wisatawan. Selepas gerbang retribusi, kami masih harus masuk beberapa ratus meter lagi, melalui hutan dan tebing karang. Tidak ada parkiran, jadi harus pandai-pandai mencaci tempat parkir supaya tida terperosok di pasir dan mudah keluar apabila tiba-tiba ada mobil lain yang datang.

Waktu ke sini hanya ada seorang pria, duduk termenung di atas sebuah batu. Rokok menyala di di tangannya, sementara sebuah kaleng minuman ringan tergeletak di sebelahnya. Pandangannya menerawang jauh. Aduh, jangan-jangan lagi make narkoba, pikir saya. Agak deg-degan mengawasi Oliq yang main-main sendiri di pasir sementara bapaknya entah ke mana ambil foto.

Pantainya luas, sepi, bagai milik pribadi
Pantainya luas, sepi, bagai milik pribadi

Mungkin saya yang berprasangka buruk saja. Mungkin saja masnya ini seorang penyair yang sedang mencari ilham (Ilhaaaaam dicariin tuh!). Atau mungkin lagi sedih karena diputusin pacarnya. Bisa juga lagi bingung karena dikejar-kejar pemilik kontrakan.

Ash, mbuhlah. Kami menyelinap ke balik karang besar. Pemandangan pantai terlihat sangat luas. Berbeda dengan pantai-pantai Ciantir dan Tanjung Layar yang memiliki warung-warung sebagai peneduh, di sini saya malah sangat nyaman berlindung di bawah bayangan tebing karang. Sejuk. Angin semilir berhembus. Pasir pantai terasa lembut di pantat, tidak kalah dengan kasur belasan juta di hotel mewah.

Betah rasanyaberlama-lama di pantai ini, menikmati deburan ombak, putihnya pasir pantai yang bersatu dengan lautan biru. Oliq mulai dari bermain pasir, lari-lari, sampai tiduran di pasir. Saya sempat tinggal beberapa kali karena tergoda untuk ambil foto-foto tebing dari sudut yang lain.

Anaknya udah nganggep kasur aja
Anaknya udah nganggep kasur aja

Sayang, memang, di sana sini terlihat botol-botol minuman berserakan. Saya sering bertanya-tanya, apa segitu beratnya membawa botol kosong hingga menemukan tempat sampah. Popok pesing Oliq saja saya tenteng ke mana-mana.

Wahai kau yang ubah surga ini menjadi neraka, sadarlah!

Tak perlulah selalu menyalahkan pemerintah akan kekurangan ini itu, kalau kau sendiri tidak sadar. Biar disediakan sejuta tong sampah pun kalau kau terlalu malas untuk melangkah satu dua meter, untuk apa?

Goa Langir mungkin tidak banyak dikenal, tapi indahnya nyata. Nyamannya pun terasa.

Begitu mendapatkan sinyal, saya langsung mentweet tentang pantai ini. Dan ada balasan dari om cumilebay.com yang bilang, “Temen gue kesurupan di Goa Langir.”

Gubraks.

 

Jalan Berliku ke Ujung Genteng


Sebenarnya sudah lama saya punya niat berkunjung ke Ujung Genteng di Kabupaten Sukabumi, namun baru terwujud beberapa waktu lalu. Jalanan yang buruk dan macet selalu menjadi dalih untuk menunda pejalanan. Tapi ternyata, sembilan jam perjalanan pun sepadan dengan hasilnya. Pantai indah, sepi, dengan pemandangan matahari tenggelam yang menakjubkan!

Pemandangan matahari tenggelam di Ujung Genteng. (Olenka Priyadarsani)
Saya dan keluarga sengaja berangkat pagi-pagi demi menghindari macet. Jalan tol Jakarta-Ciawi masih lancar, namun mulai tersendat selepas tol. Di sini kombinasi antara pasar tumpah, truk, dan angkot berdesak-desakan di jalan raya. Ditambah lagi dengan perbaikan jalan dan lubang-lubang yang banyak terdapat di tengah jalan hingga ke Sukabumi.

Ada dua alternatif untuk menuju ke Ujung Genteng. Yang pertama adalah melalui Pelabuhan Ratu, dan yang kedua melalui Kota Sukabumi. Kami memilih yang terakhir karena kabarnya kondisi jalan lebih baik. Butuh waktu sekitar 3,5 jam untuk mencapai Kota Sukabumi sebelum akhirnya kami mulai membelok meninggalkan kota menuju ke selatan.

Konservasi penyu Pangumbahan. (Olenka Priyadarsani)
Setelah 5,5 jam kemudian, tibalah kami di pintu gerbang lokasi wisata, tempat membayar retribusi masuk. Dari sini jalanan berubah menjadi bebatuan besar sekitar satu kilometer hingga mencapai penginapan yang kami pesan. Di kanan-kiri terdapat pondok-pondok wisata yang disewakan. Entah kenapa saat itu pengunjung tidak terlalu banyak.

Senja di Pantai Pangumbahan. (Olenka Priyadarsani)

Salah satu lokasi utama di Ujung Genteng adalah pusat konservasi penyu. Di sini bayi-bayi penyu (tukik) dilepasliarkan di Pantai Pangumbahan. Sayangnya ketika ke sini, tidak ada tukik yang dilepaskan karena beberapa hari sebelumnya hujan terus-menerus turun sehingga telur tidak menetas.

Mencari ikan merupakan mata pencaharian utama masyarakat setempat. (Olenka Priyadarsani)
Selain Pantai Pangumbahan, ada beberapa pantai lain yang saya kunjungi. Uniknya, tekstur pasir di pantai yang jaraknya relatif tidak terlalu jauh ini berbeda-beda.

Pagi-pagi kami menuju ke tempat pelelangan ikan tempat banyak kapal nelayan bersandar. Ada bagian pantai yang berpasir halus, ada juga yang berpasir kasar, sementara bagian lainnya bercampur dengan pecahan cangkang kerang.

Pantai Cibuaya terletak tidak jauh dari pemukiman penduduk desa. Kebanyakan pondok-pondok wisata berdiri di seberang pantai ini. Tidak terlalu istimewa, menurut saya, karena terlalu dekat dengan pemukiman penduduk sehingga terlalu ramai.

Pantai Cipanarikan bak surga tersembunyi. (Olenka Priyadarsani)
Bagi saya primadona Ujung Genteng adalah Pantai Cipanarikan, yang terletak sekitar 6 km dari pusat desa. Kami meninggalkan mobil di penginapan dan menyewa ojek untuk menuju ke Cipanarikan atau sering disebut Pantai Pasir Putih oleh masyarakat setempat. Karena beberapa hari sebelumnya hujan, jalanan menuju Cipanarikan merupakan kombinasi antara kubangan dan lumpur. Saya hanya bisa pasrah berpegangan erat-erat ke tukang ojek.

Sampai di dekat pantai, badan kami sudah basah terkena cipratan air di sepanjang jalan. Sepeda motor pun sulit untuk masuk hingga ke bibir pantai. Saya harus berjalan menuju pantai (yang merupakan muara Sungai Cipanarikan) melalui pematang sawah dan ilalang yang sangat tinggi hingga bagai kanopi.

Ternyata pantainya sangat lebar dan luas. Pasirnya putih halus, nyaris tidak ada sampah. Ketika berada di sana, hanya ada saya sekeluarga bersama beberapa pengunjung lain. Sebenarnya pantai ini juga cocok sebagai lokasi memotret matahari terbenam, namun karena kondisi jalanan yang sangat buruk untuk ditempuh malam hari, kami memutuskan menunggu matahari terbenam di lokasi lain.

Batu Besar terletak di sebelah Pantai Pangumbahan. Saya cukup terkejut karena melihat beberapa turis asing sedang berselancar. Dengan ombaknya yang besar, lokasinya memang cocok sekali untuk olahraga selancar.

Semakin mendekati waktu terbenamnya matahari, semakin banyak pengunjung. Semuanya siap dengan kamera, saya tentu sudah cari posisi yang pas. Harap-harap cemas karena terlihat awan di dekat cakrawala. Awalnya menduga hanya akan mendapat semburat jingga, namun semakin turun awan bergerak menghilang sehingga kami mendapat pemandangan matahari tenggelam yang bisa dibilang sempurna. Terbayar sudah perjalanan panjang berliku yang kami alami sehari sebelumnya.

Andaikata ada iktikad baik dari pemerintah untuk memperbaiki kondisi jalan dan infrastruktur lainnya, pastilah sektor pariwisata di wilayah ini akan semakin maju dan taraf hidup masyarakat pun meningkat.