Tag Archives: candi

Candi Sukuh, Tantra, dan Erotisme


Kalau menyebut Candi Sukuh, kamu pasti paling ingat dengan arca yang itu. Hooh, yang itu. Sudah terbukti bahwa otak kita paling gampang memproses hal-hal yang berbau erotis hahahha. Ngaku aja, deh.

Candi Sukuh berada di lereng Gunung Lawu bagian barat. Sebenarnya saya ke sana tahun lalu, tapi karena belum setahun belum kedaluarsa kali ya *ngeles. Kenapa nulisnya bisa telat banget, karena dulu Puput yang janji mau nulis tapi setelah ratusan purnama tiada kunjung njedul akhirnya tangan Simbok gatal.

Malam sebelumnya kami menginap di Hotel Alana Solo, dan setelah sarapan langsung menuju ke Karanganyar. Jalannya termasuk mudah hingga ke jalan menuju Tawangmangu, kemudian berkelok sedikit namun tidak sesulit jalan menuju ke candi “saudaranya” yaitu Candi Cetho.

Kami datang bersamaan dengan beberapa mobil yang sedang melakukan touring bersama. Selain itu tidak terlalu ramai pengunjung padahal saat itu adalah akhir pekan. Continue reading Candi Sukuh, Tantra, dan Erotisme

Candi Ceto di Jawa Tengah, Serasa di Bali


Saya hanya bisa menatap ngeri kabut tebal yang mengelilingi, berharap dalam gelap. Mobil menanjak tajam, melemparkan kerikil-kerikil ke pinggir jalan. Saat itu masih siang, mungkin baru tengah hari. Kanan kiri adalah kebun teh tersusun rapi menunggu pucuk-pucuk mudanya dipetik paa ibu pembawa bakul. Naik sedikit, terintip dari sela kabut tebal kebun daun bawang berjajar rapi di punggung bukit.

Kami sedang berada di sekitar Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah, dalam sebuah misi mengunjungi dua buah candi yag sudah kami idamkan. Di puncak bukit itu berdirilah sebuah candi megah. Candi Ceto. Atau Candi Cetho. Sebuah candi Hindu dengan struktur punden berundak yang memiliki arsitektur nyaris identik dengan pura.

Candi Ceto yang sangat mirip pura di Bali

Continue reading Candi Ceto di Jawa Tengah, Serasa di Bali

Candi Ijo Tidak Lagi Syahdu, Tapi Hidup


Seorang ibu berusaha mengendalikan mobilnya, menuju ke parkiran. Juru parkir heboh mengganjal ban belakang mobil dengan batu besar. Maklum saja, tanjakannya terjal, sementara mobil mengantre masuk ke lokasi parkir. Sepanjang jalan pun berjajar mobil parkir, semua diganjal batu.

Dulu Candi Ijo tak begini. Empat tahun silam kami datang ke candi ini. Sepi, hanya sekelompok (yang sepertinya) mahasiswa dan sepasang muda-mudi yang bergaya pre-wed. Waktu itu masuknya gratis, ada box donasi, hanya wajib lapor penjaganya dan menulis buku tamu.

Sekarang ramai sampai susah mau dapat foto bagus
Sekarang ramai sampai susah mau dapat foto bagus

Syahdu. Hening. Sepi. Hanya kicau burung dan sesekali suara pesawat terbang dari dan ke Adisutjipto.

Baca: Terminal B Bandara Adisutjipto Continue reading Candi Ijo Tidak Lagi Syahdu, Tapi Hidup

Situs Candi Palgading di Sleman


“Jogja iki nek dikeruk kabeh isine candi.” Artinya, Jogja ini kalau dikeruk semua isinya candi, kata Delin adik saya. Dia memang suka lebay, terutama sejak diputus secara sepihak tanpa alasan yang jelas. Tapi, memang situs candi di DIY dan sekitarnya sangat banyak dan saya yakin masih banyak juga yang belum diketemukan. Ingat kan ketika Universitas Islam Indonesia (UII) berniat membangun gedung baru dan malah menemukan candi? Sekarang candi tersebut dinamai Candi Kimpulan — sesuai dengan nama desanya — dan telah dibuka untuk umum.

Kompleks Candi Palgading
Kompleks Candi Palgading

Saya dan Puput punya misi untuk mengunjungi semua situs candi di sekitar DIY dan Klaten. Rasanya sudah belasan candi kami kunjungi, ternyata masih juga belum selesai. Sayangnya juga, saya tidak menemukan daftar candi yang lengkap, sehingga kesulitan melacaknya. Kalau mengandalkan situs wisata hanya tampak candi-candi besar yang sudah sangat mainstream itu. Bahkan salah satu link yang muncul adalah tulisan saya tentang candi-candi di seputaran Prambanan. Paling pol saya mengandalkan Wikipedia. Dari daftar candi, Candi Palgading ini sama sekali tidak pernah disebut-sebut. Namun bila kita search Candi Palgading akan nampak informasi singkatnya. Continue reading Situs Candi Palgading di Sleman

Seribu Sisi Angkor


Angkor di Kamboja adalah situs arkeologi paling penting di Asia Tenggara, menurut situs resmi UNESCO. Bangunan yang paling dikenal dalam kompleks ini adalah Angkor Wat. Namun ternyata, kompleks yang maha luas itu memiliki berbagai candi yang buat saya malah lebih mengesankan dari sekadar Angkor Wat.

You want small circle or big circle?” tanya Jay Lim, si supir tuk tuk dengan bahasa Inggris yang agak susah dipahami. Saya sampai harus memiring-miringkan kepala supaya bisa mendengar dengan benar. “Big circle needs two days.Jaaah, wong saya di Siem Reap juga cuma dua hari, masak hanya keliling Angkor saja. Lagian sebesar apa sih kompleksnya kalau putaran kecil saja butuh sehari penuh?

Akhirnya saya pilih yang tur sehari saja, ongkosnya 20 dolar Amerika khusus untuk tuk tuknya, sementara tiket masuk kompleks juga 20 dolar per orang.  Itu saja sudah mahal, bayangkan kalau dua hari, bisa tekor langsung.

Walau katanya sedang musim sepi, ternyata antrean wisatawan di loket tiket banyak juga. Lucunya, selain harus membayar, wisatawan juga akan difoto satu per satu. Persis seperti di imigrasi, walau mereka tidak melihat paspor kita. Mungkin sebagai tindakan preventif kalau-kalau ada yang melakukan vandalisme.

Kompleks Angkor ini tidak jauh dari pusat kota Siem Reap, hanya sekitar 6 km. Kebanyakan wisatawan berkunjung dengan menyewa tuk tuk seperti saya, namun ada juga yang menyewa mobil atau sepeda.

Begitu masuk gerbang saya langsung senang melihat hutan lebat yang mengelilingi kompleks. Bukan model taman-taman cantik yang ditanam seperti di candi-candi Indonesia, melainkan pohon-pohon besar yang banyak dan rimbun, dibiarkan tumbuh secara alami. Sepanjang jalan pun bersih, sangat jarang sampah plastik. Mungkin karena kompleks ini memang sengaja disterilkan dari pemukiman penduduk, jadi jarang ada tangan-tangan jahil yang buang sampah sembarangan.

Jay Lim menyarankan agar saya ke Angkor Thom lebih dulu, “Because the sun not too high,” katanya. Dia bilang bahwa Angkor Thom sangat besar jadi butuh waktu lama untuk berkeliling, lebih baik didatangi pagi hari.
Patung-patung menuju ke gerbang Angkor Thom. (Olenka Priyadarsani)Patung-patung menuju ke gerbang Angkor Thom. (Olenka Priyadarsani)

Continue reading Seribu Sisi Angkor