Menyambung tulisan saya beberapa bulan yang lalu (hijab backpacking ke India, Australia, Malaysia, Thailand), ini bagian ke duanya. Sedikit mengulang, ini hanyalah pengalaman saya melakukan backpacking di beberapa daerah dan negara, dan bagaimana persepsi orang-orang melihat saya yang berkerudung (maaf, saya tidak pernah menggunakan kata jilbab). Namun tidak hanya itu, cerita ini juga berisi tentang pengalaman tetap menjalankan rukun Islam di negara lain. Kali ini adalah tentang kunjungan kami ke Jepang bulan Oktober lalu.
Yang pertama muncul dalam benak saya adalah kurangnya exposure orang Jepang dengan Islam. Kira-kira mereka akan melihat kami seperti apa ya? Apalagi Puput berjenggot (yang tetep ngeyel jenggoten padahal istrinya risih karena jadi selalu ingat Syekh Puji – hih jijay!).
Setelah mengenal jenis-jenis kereta pada tulisan pertama, selanjutnya Anda perlu mengetahui penyedia layanan kereta, rute-rute kereta tersebut, dan bagaimana memanfaatkan jalur yang ada untuk menuju lokasi tujuan Anda.
JR East Nishi Ogikubo station dengan kereta Chuo Line-Sobu Line
Kereta jalur biasa (saya sebut demikian untuk membedakan dengan kereta bawah tanah, shinkansen, maupun monorel) dioperasikan oleh Japan Rail East Company atau disingkat JR East. Perusahaan ini tergabung dalam JR Group yang juga mengoperasikan shinkansen. Rute yang dilalui kereta ini disebut JR East lines. Jalur ini terdiri dari satu jalur yang melingkar dan 35 jalur biasa (tidak melingkar) yang tersebar dari pusat kota hingga luar kota Tokyo. Total ada 36 jalur JR East. Anda bisa memperoleh peta JR East lines di sini. Jalur utama JR East adalah jalur yang melingkari pusat kota Tokyo, dikenal dengan nama Yamanote line (jalur no.9 warna hijau muda). Bisa dibilang bahwa jalur ini melingkari pusat bisnis, komersial, pemerintahan, dan kawasan elit kota Tokyo sehingga jalur ini menjadi jalur paling vital. Semua rute kereta di Tokyo, baik yang dioperasikan JR East maupun perusahaan lain, akan melewati atau bahkan berbagi jalur dengan Yamanote line. Continue reading Memahami Transportasi Umum di Tokyo dan Jepang (bag. 2, Mengenal rute kereta Tokyo)→
Tokyo Skytree merupakan menara tertinggi di dunia dengan tinggi 634 meter. Menara ini juga merupakan bangunan tertinggi di dunia kedua setelah Burj Khalifa di Dubai.
Walaupun fungsi utama dari menara ini adalah menyiarkan sinyal televisi dan radio, Menara Skytree merupakan salah satu objek wisata paling banyak dikunjungi di Tokyo. Bagian dasar dari Tokyo Skytree. (Olenka Priyadarsani)
Tokyo merupakan kota dengan sistem transportasi umum paling komprehensif sekaligus paling rumit. Kota ini memiliki jaringan transportasi berbasis rel alias kereta yang memiliki jangkauan sangat luas dengan reputasi sangat bagus. Kereta di Tokyo terkenal sangat tepat waktu, nyaman, dan aman. Tak heran jika kereta merupakan moda transportasi utama di kota Tokyo maupun Jepang secara keseluruhan. Namun, sistem transportasi ini juga cukup rumit karena ada beberapa penyedia layanan yang memiliki rute masing-masing, tidak seperti di Indonesia yang hanya dimonopoli satu penyedia yaitu PT KAI. Rute-rute kereta tersebut kadang-kadang melewati rel maupun stasiun yang sama, namun seringkali rute dan stasiunnya berbeda walaupun dalam wilayah yang sama.
Kereta bawah tanah (Subway) di Tokyo, serupa dengan KRL
An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.