Bila ditanya pengalaman yang paling berkesan saat melancong sejauh ini, jawaban saya pastilah ketika bepergian ke India dua tahun yang lalu. Bagaimana tidak, selain menikmati peninggalan sejarah yang luar biasa, berbagai kejadian unik dan tidak terlupakan saya alami. Mulai dari dikejar-kejar supir bajaj, ditangkap polisi, hingga terpaksa semalaman menginap di Stasiun Agra Cant – dan saat itu adalah puncak musim dingin. Ditambah lagi, petualangan tersebut kebetulan terjadi ketika saya mengandung empat bulan. Read more
Avoiding touts, beggars, street vendors in India is truly an art. It involved me saying “No, thank you!” with a smile, a “No!” with stern eyes – sometimes even scared eyes (oh trust me they are intimidating!). Even sometimes an escape plan is needed because a tout follows you around relentlessly.
akarta punya Jalan Jaksa, Singapura punya Geylang, di Bangkok ada Khao San Road alias KSR, dan Ho Chi Minh punya Pham Ngu Lao. Tempat-tempat tersebut adalah lokasi favorit para wisatawan dengan dana terbatas. Di New Delhi, Paharganj adalah tempat favorit para backpacker. Lokasinya sangat strategis, tidak jauh dari kawasan Old Delhi (Kota Tua) dan sangat dekat dengan stasiun kereta api serta metro. Sungguh pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin behemat, bukan?
Paharganj, seperti layaknya kawasan backpacker di negara-negara lain, terletak tak jauh dari tengah kota. Biasanya daerah serupa ini merupakan jajaran beberapa jalan utama beserta gang-gang yang lebih kecil berisi hotel-hotel murah, rumah makan, toko kelontong, serta penjaja di pinggir jalan. Ketika pertama kali memasuki kawasan Paharganj, kesan saya yang pertama adalah tempat ini lebih kotor, lebih kumuh, dan lebih semrawut daripada kawasan backpacker di negara lain yang pernah saya kunjungi.
India merupakan negara yang kompleks dengan lebih dari satu miliar penduduk, wilayah negara yang luas, serta kesenjangan sosial yang tinggi. Beberapa orang menyarankan saya untuk menunda perjalanan, karena saya tengah hamil empat bulan, dan India bukan merupakan tempat yang sesuai karena cenderung kumuh, kotor dan kurangnya prasarana publik.
Humayon’s Tomb
Tapi toh saya dan suami memutuskan untuk berangkat, karena kami memang menggemari travelling, dan backpacking selalu menjadi pilihan. Karena keterbatasan waktu, kami memutuskan untuk mengunjungi Delhi dan Agra. India bulan Januari tahun ini mencapai puncak musim dingin, dengan suhu berkisar antara 4 hingga 17 derajat Celcius.
Beberapa tempat wisata yang kami kunjungi antara lain Taj Mahal, Red Fort atau Lal Qila, Purana Qila, Jama’ Masjid, Qutub Minar, Humayun’s Tomb. Sebagian besar tempat wisata di India bagian utara adalah peninggalan Islam di mana Kekaisaran Mughal atau Mogul mencapai masa keemasan antara tahun 1500-1600 Masehi.
Jama’ Masjid
Hari pertama kami di Delhi merupakan hari Jumat sehingga kami memutuskan untuk mengunjungi Jama’ Masjid atau Masjid-i Jahān-Numā , sehingga suami saya bisa memunaikan ibadah shalat Jumat di masjid tersebut. Jama’ Masjid terletak di Old Delhi, atau kota tua. Masjid ini dibangun oleh kaisar Mogul ke-5, Shah Jahan yang juga membangun Taj Mahal, pada tahun 1650. Pembangunan masjid ini membutuhkan waktu 6 tahun dengan melibatkan lebih dari 5 ribu pekerja.
Jama’ Masjid mampu menampung sekitar 25 ribu jamaah. Bangunan serta pelatarannnya terbuat dari batu paras (sandstone) merah, merupakan bahan bangunan yang umum digunakan pada masa Kekaisaran Mogul. Masjid ini memiligi tiga gerbang besar, empat buah menara, dan dua buah menara masjid yang masing-masing tingginya 40 meter. Dua menara masjid ini terbuat dari batu paras merah yang diselingi oleh marmer putih.
Shalat Jumat di masjid ini merupakan pengalaman yang cukup unik bagi saya. Kira-kira satu jam sebelum adzan, para petugas sudah menyuruh para turis asing untuk keluar. Ketika kami juga disuruh keluar, kami mengatakan bahwa kami Muslim dan hendak mengikuti namaz sehingga tetap diperbolehkan berada di dalam komplekd masjid.
Adzan dikumandangkan dua kali, yang pertama sekitar pukul 13.30, dilanjutkan dengan khutbah yang seluruhnya dalam bahasa Arab. Perempuan diperbolehkan untuk mengikuti shalat, walau waktu itu hanya ada sekitar 20 orang, dibandingkan dengan ribuan kaum laki-laki.
Masjid ini masih sangat gagah berdiri, dan merupakan masjid terbesar dan paling terkenal di India. Wisatawan mancanegara masih menjadikan Jama’ masjid sebagai ‘must-see’. Tiket untuk masuk ke kompleks masjid ini adalah Rs. 250 per kamera.
Taj Mahal
Taj Mahal, yang juga merupakan salah satu keajaiban dunia, adalah tempat wisata yang paling terkenal di India. Terletak di kota Agra, 195 km dari Delhi, Taj Mahal dapat dicapai dengan kereta, bus, maupun pesawat terbang. Setibanya kami di Taj Mahal, antrian masuk sudah sangat panjang. Mungkin karena hari Sabtu sehingga banyak wisatawan domestik maupun mancanegara mengunjungi tempat ini. Tiket untuk turis internasional adalah Rs. 750 per orang atau sekitar Rp 160.000. Antrian masuk ke kompleks Taj Mahal cukup lama, dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Alasannya adalah karena setiap pengunjung akan diperiksa dengan teliti oleh para petugas sebelum masuk. Hanya minuman, tas kecil dan kamera yang diperbolehkan untuk dibawa. Tripod, buku panduan, maupun tas besar harus ditinggalkan di loker yang telah disediakan. Makanan yang ditemukan oleh petugas akan dibuang begitu saja.
Kompleks Taj Mahal memiliki dua buah gerbang masuk, yaitu gerbang barat dan timur. Seperti yang telah banyak diketahui, Taj Mahal dibangun atas perintah Kaisar Shah Jahan untuk istri ketiganya yang telah meninggal, Mumtaz Mahal, sebagai tanda cinta yang abadi. Mulai dibangun pada tahun 1632, dan selesai pada tahun 1653, Taj Mahal dibangun menggunakan material dari India dan Asia. Lebih dari 1.000 gajah digunakan untuk mengangkut bahan bangunan tersebut. Marmer putih diangkut dari Makrana, Rajasthan, jasper dari Punjab, batu jade dan Kristal dari Cina. Batu turquoise dibawa dari Tibet, Lapis lazuli dari Afganistan, safir dari Sri Lanka dan carnelian dari Arab Saudi.
Masjid Taj Mahal terletak di sebelah barat hanya beberapa meter dari bangunan utama. Masjid ini terbuat dari batu paras merah, dibangun oleh Muhammad Isa. Interior masjid tersebut berisi kaligrafi nama-nama Allah serta cuplikan ayat-ayat Quran. Di sebelah timur Taj Mahal terdapat replika masjid dengan ukuran yang sama, namun tidak pernah digunakan untuk shalat.
Kami berkesempatan untuk menunaikan ibadah Slahat Maghrib di Masjid Taj Mahal dengan Imam Masjid. Sayangnya, hanya kami berdua yang menjadi jamaah shalat, padahal pada saat itu masih banyak pengunjung dan petugas yang ada dalam kompleks. Tampaknya seruan adzan yang dilakukan oleh Imam di menara masjid tidak dihiraukan oleh kaum muslim yang masih ada di sekitar Taj Mahal.
Qutub Minar
Qutub Minar merupakan tempat wisata sejarah lain yang wajib dikunjungi. Qutub Minar adalah menara masjid paling tinggi sedunia, setinggi 72,5 meter. Menara masjid ini mungkin hanya kalah dengan masjid Nabawi yang sudah direnovasi. Menara Qutub ini dibangun oleh Qutb-ud-din Aibak dan diselesaikan oleh Iltutmish, menantus erta penerusnya. Qutub Minar juga dibangun dengan batu paras merah berukir kaligrafi dari ayat-ayat Quran.
Di kompleks Qutub Minar juga terdapat masjid tertua di India, Masjid Quwwat-ul-Islam yang didirikan oleh Qutb-ud-din Aibak pada tahun 1198 M. Masjid ini dibangun dari bekas 27 kuil Jain yang dibangun sebelumnya pada masa Tomar dan Prithvi Raj Chauhan. Beberapa bagian kuil dibiarkan berdiri di bagian luar masjid. Masjid ini sudah tidak digunakan lagi karena sebagian besar telah runtuh, namun pengunjung dapat menunaikan shalat di Masjid Mughlai yang ada di dekat pintu gerbang.
Di kompleks Qutub terdapat juga Pilar Besi yang dibangun pada tahun 375 M oleh Chandragupta II. Pilar setinggi 7,25 m dengan berat lebih dari 6 ton. Pilar ini mengundang keingintahuan para arkeolog dan dan ahli metalugi, karena sama sekali tidak berkarat setelah lebih dari 1600 tahun berada di udara terbuka.
Perjalanan ke Qutub Minar merupakan tujuan wisata kami yang terakhir sebelum mengejar pesawat untuk kembali ke Jakarta. India, dengan lebih dari 12 persen penduduk Muslim memiliki kekayaan sejarah Islam yang luar biasa. Suasana kota yang kumuh dan kotor serta berdebu, seakan terlupakan ketika kita menyaksikan berbagai peninggalan sejarah yang sangat hebat ini.
Namun peninggalan sejarah yang hebat ini sekaligus menjadi ironi tersendiri bagi umat muslim. Tidak adanya jamaah saat kami sholat maghrib di Taj Mahal maupun tidak digunakannya lagi Masjid Quwwat-ul-Islam di komplek Qutub Minar menunjukkan rendahnya kesadaran beragama Islam di India. Dengan jumlah muslim lebih dari 12 persen dari 1 milyar lebih penduduk India, seharusnya gairah Islam lebih terasa dengan aktifnya kegiatan di masjid-masjid utama. Apalagi bila dikaitkan dengan kekuasaan Islam di India selama hampir 1000 tahun sampai menghasilkan banyak peninggalan-peninggalan luar biasa, kondisi Islam di India kini terasa sangat ironis. Semoga suatu saat Islam bisa kembali bangkit di India seperti pada masa kejayaannya dulu. Barakallah.
An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.