Category Archives: France

Mimpiku Tertambat di Sorbonne


Muda-mudi terlihat menyusuri St Michel Boulevard. Ada yang rambutnya pirang melambai, ada yang berkulit cokelat susu, ada yang berhijab warna fuschia dengan boots kulit warga gelap. Pundak mencangklong tas, tangan menggenggam kertas materi kuliah, punggung memanggul asa.

Seorang yang tampaknya mahasiswa duduk menikmati makan siangnya di bangku pinggir jalan. Pisang dan keripik kentang. Tak kikir ia berbagi keripik kentang dengan puluhan merpati.

Sekelompok mahasiswa lain duduk di tengah lapang, membuka bekal masing-masing. Sengaja mereka duduk di lapangan terbuka agar teriknya matahari menipiskan hawa musim dingin.

image

Continue reading Mimpiku Tertambat di Sorbonne

7 Pengalaman Paling Sial Saat Traveling


Pernah punya pengalaman sial saat traveling, misalnya kecopetan atau ditipu travel agent? Kami pun pernah sering. Walaupun frekuensi traveling sudah lumayan, dan tindakan pencegahan dilakukan, tetap saja ada masa-masa suram ketika kesialan menimpa kami.

Inilah 7 pengalaman tersial kami ketika traveling:

1. Tas kamera hilang kereta Thalys jurusan Paris – Amsterdam

Kalau tas kameranya doang nggak apa-apa kali ya? Ini ada isinya berupa Handycam Sony (ga apal specsnya) dan kamera pocket Canon SX 230. Plus batere-batere cadangannya. Selain itu ada juga charger kamera pocket Canon S90 yang (untungnya) posisi ada di saku celana Puput. Karena sibuk bawa barang (1 koper besar, 1 stroller, 2 ransel, dan 1 bayi), kami kelupaan ambil tas kamera yang ditaruh di kabin atas. Turun melenggang begitu aja di Amsterdam Centraal. Baru sadar pas mau check in apartemen. Panik? Iya. Sedih? Iya. Untungnya (cieeh Jawa banget sial juga masih dicari untungnya) video saya melahirkan yang ada di Handycam udah dihapus. Eh bener udah dihapus kan, Cup? Pokoknya kalau kejadian seperti ini menimpa kalian, jangan berlarut-larut dalam penyesalan. Yang kami lakukan pertama adalah balik ke Centraal dan lapor di Lost and Found. Sampai beberapa hari berikutnya pun kami tetap balik ke sana tanya apa ada yang nemu, walaupun tetap hilang. Beberapa bulan berikutnya kantor Centraal mengirimkan surat ke rumah kami di Jakarta menyatakan menyesal mereka nggak bisa menemukan barang kami yang hilang. Walaupun tetap tidak ketemu, kami akui itikad baik tersebut. Yang juga tidak kalah penting adalah solusi. Setelah lapor, kami buru-buru ke Nieuwmarkt untuk beli batere cadangan dan charger kamera S90 yang masih ada. Hilang ya hilang, tapi jangan sampai merusak seluruh perjalanan. Life and fun must go on!

Centraal Station
Centraal Station

Continue reading 7 Pengalaman Paling Sial Saat Traveling

Traveling dengan Anak-Anak Part 20: Ngajak Anak ke Museum? Boleh, asal…


Alangkah baiknya bila orangtua sudah mulai mengajak anaknya mencintai sejarah dan budaya sejak dini. Saya pun berusaha demikian, walaupun tidak selalu sukses. Tidak semua museum ramah anak. Kebanyakan – jujur saja – membosankan terutama bagi anak-anak.

Di Indonesia, Oliq baru belum banyak berkunjung ke Museum. Maklum saja bapak dan simboknya lebih senang ngajak dia liburan ke lokasi-lokasi yang berdekatan dengan alam, misalnya pantai, gunung, selain juga telusur candi.

Salah satu museum yang pernah kami kunjungi adalah Museum Gunung Merapi di Jogja, yang sayangnya pada saat itu hampir tutup. Jadilah Puput saja yang masuk dan mengambil foto. Saya dan Oliq menunggu di mobil karena anaknya juga sedang tidur.

Di Museum Satria Mandala Jakarta
Di Museum Satria Mandala Jakarta

Nah, museum berikutnya, sejauh ini adalah museum terkecil yang pernah ia kunjungi – namun favoritnya – adalah Museum Satria Mandala di Jl Gatot Subroto, Jakarta. Bagaimana tidak menjadi favorit, belum masuk juga sudah disuguhi beberapa pesawat terbang. Oliq terobsesi dengan pesawat terbang sejak usia belum genap 1 tahun (dia punya mainan dan miniatur pesawat terbang lebih dari 50 buah, mulai dari yang harganya 2.000 rupiah sampai 24 euro.

Di museum ini anak-anak memang bisa berlarian di halaman rumputnya. Sayangnya, pesawat terbang yang dipajang tidak bisa dinaiki. Sebenarnya kami sudah beberapa kali mau ke Museum Dirgantara Adisutjipto yang sangat lengkap, sayangnya belum juga kelakon. Padahal itu tempat studi ekskursi saya ketika TK.

Museum lain yang kami kunjungi adalah Museum Tsunami di Aceh. Bagian luarnya luas jadi cocok juga untuk membawa anak-anak, ada beberapa fitur yang interaktif.

Waktu umrah, kami juga dibawa ke Museum Makkah tapi tidak lama. Hanya putar-putar, foto-foto. Oliq juga belum bisa jalan jadi adem ayem digendong saja.

Oliq dan Puput di Museum Makkah
Oliq dan Puput di Museum Makkah

Terjadi kecelik yang sangat besar waktu mau ke Museum Anime Suginami di Ogikubo, Tokyo. Kami dengan pedenya ke sana tanpa memperhatikan brosur. Senin tutup! Untungnya cukup terhibur dengan sebuah kuil kecil di seberangnya. Setelah itu mengalami nggonduk lagi karena kesasar waktu menuju ke apartemen sewaan di Nishi-Ogikubo. Kaki saya sampai hampir prothol.

Perasaan bercampur-baur (maksudnya mixed feeling) saya mengenai membawa anak ke museum terjadi di Belanda. Saat itu kami berada di Rijksmuseum yang memamerkan berbagai lukisan karya pelukis ternama. Alkisah, Oliq tiba-tiba lari menuju ke salah satu lukisan mahakarya Rembrandt (yang kebetulan dipasang cukup pendek). Tangannya yang berbalur remah-remah keripik kentang terjulur. Saya dan seorang petugas museum lari mengejar. Kalau di film-film pasti sudah dibikin adegan slow motion. Oliq mbrobos pagar sebelum akhirnya petugas berhasil menangkapnya beberapa centimeter sebelum menyentuh lukisan. Saya deg-degan setengah modyar! Langsung saya cangking anaknya. Setelah itu Continue reading Traveling dengan Anak-Anak Part 20: Ngajak Anak ke Museum? Boleh, asal…

Ziarah ke Makam Napoleon


Yang namanya makam, biasanya serem, apalagi makam di Indonesia. Langsung saja terbayang pocongan, genderuwo, ndas glundungan, sundul bolong, dan kolega-koleganya. Bunga-bunga kamboja berserakan menebarkan bau harum yang membuat bulu kudu merinding.

Bangunan utama Les Invalides
Bangunan utama Les Invalides

Continue reading Ziarah ke Makam Napoleon

Pipis Itu Mahal?


Siapa sih yang lebih kenal toilet umum dibandingkan dengan para traveler?

Toilet itu bisa jadi hal remeh yang paling penting, apalagi kalau sedang kebelet. Bayar mahal pun mau. Eh belum tentu dink!

Lha kalau di Indonesia kan bayar toilet umum antara 1000-2000 rupiah per pipis (pipis besar bisa lebih mahal – tapi mosok pada ngaku?), bagaimana dengan di luar negeri?

Toilet umum di luar negeri ada yang bayar ada yang tidak. Tarifnya juga bervariasi. Bentuk dan fasilitasnya apalagi. Sekilas pengalaman kami dengan masalah public toilet di beberapa negara.

Penampakan salah satu toilet di Bandara Haneda Tokyo
Penampakan salah satu toilet di Bandara Haneda Tokyo

Juaranya tentu saja Jepang! Toilet-toilet umum di Jepang, menurut pengalaman kami di Tokyo dan Kyoto, semuanya gratistis. Kebanyakan bersih, terutama yang ada di bandara. Sempet pipis di kompleks Kuil Kiyomizu-dera di Tokyo dan sangaaaaaat bersih. Padahal kalau toilet umum di bandara Indonesia saja banyak yg kotor walau mbak-mas janitornya bebersih 10 menit sekali. Apalagi di lokasi wisata.

Nah toilet umum di Jepang ini selain gratis, bersih, juga canggih. Banyak yang tidak menggunakan kenop konvensional, melainkan tombol-tombol terpadu yg ada dalam satu papan. Beberapa kali saya menggunakan toilet disable (curang ya, karena harus mengganti popok Oliq), fasilitasnya lebih canggih lagi. Kadang ada kasurnya juga. Nah lo.

Continue reading Pipis Itu Mahal?