Kalau kalian atau anak-anak kalian punya ketertarikan untuk belajar studi pembangunan — development studies — ada baiknya untuk mencari informasi tentang Brighton. Sebuah kota yang vibrant, meriah, di selatan Inggris.
Bulan lalu kami mendadak ke Brighton, yang cuma 30km berkendara dari Crawley. Tanpa rencana sebelumnya karena kebetulan matahari bersinar cerah setelah dua minggu diterpa badai. Bukan untuk cari sekolah, cuma mau cari pantai hahaha.
Anyway, bicara tentang sekolah, Brighton and Hove (demikian nama resmi kotanya sejak tahun 2000) memang punya dua universitas besar. University of Sussex, walau tidak masuk Top Ten Universities di UK, memiliki Institute of Development Studies yang kabarnya terbaik di dunia.
Nah, kan, pantesan temen saya kemarin menyarankan saya ke IDS aja kalau mau nerusin sekolah lagi. Perguruan tinggi lainnya adalah University of Brighton. Silakan cek-cek sendiri untuk ranking universitasnya. Sekilas yang saya lihat biaya hidup seorang mahasiswa di Brighton antara GBP 600-1250 per bulan. Jadi sekitar 10-22 juta/bulan. Tentu itu di luar tuition fee dan establishment-nya.
Karena tujuan utama adalah ke pantai, kami lempeng aja lurus ke British Airways i360 yang memang ada di pusat pantai Brighton. Bahkan Royal Pavillion aja kami cuekin. Padahal awalnya memang kami ga mudeng kalau itu Royal Pavillion adalah atraksi utama di Brighton.
Kirain gurdwara hahahahahhahahha. Malah kami langsung menyimpulkan bahwa banyak orang Sikh di Brighton kalau bisa bikin gurdwara segede itu. Forgive our ignorance wkwkwk.
Kebetulan karena matahari bersinar cerah, pantai ramai orang tua yang membawa anak-anak mereka. Kami parkir di tepi jalan yang legal tapi tidak berbayar. Begitu keluar mobil bbrrrrrr ternyata panas ini menipu. Sunny sih sunny, tapi tetap aja dingin. Suhu saat itu 6 derajat Celcius.
Pantai Brighton panjang sekitar 13km membentang. Pinggir pantainya sangat hidup. Ketika kami sebelumnya melewati daerah pinggiran, banyak rumah bergaya Tudor. Di pantai, selain flat-flat bertingkat yang sudah cukup lawas, banyak juga bangunan baru bergaya modern.
Anak-anak langsung lompat ke Kids Club, berupa playground pinggir pantai yang berisi perosotan, ayunan, serta tumpukan pasir. Mereka sudah bawa beragam beach kit untuk bikin sandcastle. Sementara anak-anak main Simboknya menggigil kademen diterpa angin laut.
Dari sini kami menuju ke i360, sebuah menara setinggi 162 meter yang observation deck-nya bisa naik turun. Kalau kalian pernah ke Melaka, Malaysia, pasti tahu lah ya sama Menara Taming Sari (110 meter). Ya semacam itulah cuma lebih tinggi lagi.
Harga tiketnya lumayan GBP 16.50 untuk dewasa dan GBP 8.25 untuk anak-anak. Di bawah 4 tahun gratis. Maha sih mahal, tapi sebenarnya apa sih yang nggak mahal di Inggris hahahah. Walau ramai ternyata nggak antre juga karena observation decknya sangat besar.
Beda dengan Taming Sari yang hanya disesuaikan dengan kursi, i360 hanya menyediakan sedikit kursi untuk mereka yang membutuhkan. Yang lain berdiri aja. Luas sih jadi enak buat jalan-jalan. Bahkan ada bar yang menjual wine dan jus-jusan, saya kudu menghindarkan Ola dari kulkas es krim.
Observation deck naik perlahan-lahan. Untungnya kami memilih mepet di sisi utara, jadi pemandangannya kota Brighton yang cakep. Kalau di selatan cuma dapat laut. Setelah sampai di puncak orang-orang berkeliling sambil foto-foto.
Dari ketinggian ini memang Brighton keren, cantik, namun juga padat. Dan terkesan warna warni karena beberapa atap gedung digambar dan dicat meriah.
Setelah turun lagi, anak-anak heboh minta beli suvenir. Oliq beli pensil miniatur menara, Ola beli uler. Yes, mainan uler-uleran (bukan ular) karena caterpillar hewan favoritnya.
Kami nggak lama sih di Brighton, soalnya lama-lama kedinginan kalau di pantai. Hingga menuju ke tujuan berikutnya yaitu Lewes Castle, yang akan saya tulis lain kali.
Nah, waktu mau pulang Ola heboh, “Mama ada rainbow flag! Ola mau rainbow flag.”
“Sssttt Ola, kalau di Jogja pasang bendera kaya gitu, nanti digruduk.”
Memang saya perhatikan banyak bendera pelangi, dan tembok-tembok yang dicat colorful gitu. Baru ngeh ternyata Brighton itu dianggap sebagai the unofficial gay capital of UK wkwkwkw.
Dalam perjalanan menuju Lewes, kami lewat stadion markasnya Brighton Hove Albion.
Dari London Victoria atau London Bridge ada kereta langsung ke Brighton. Dari Gatwick Airport juga ada dan banyak, ada juga bus langsung.